Pembina APN Sekaligus Pembina FORMADES Desak Pemerintah Kabupaten Bandung Barat Beri Perhatian Lebih pada Pencak Silat Tradisi

BANDUNG BARAT – 1 September 2025- lintasdesa.com. Pembina Asosiasi Pesilat Nusantara (APN), Ir. Apung Hadiat Purwoko, M.Si., atau yang akrab disapa Apih Apung, mendesak para pemangku kebijakan, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, untuk memberikan perhatian dan dukungan nyata kepada pencak silat tradisi. Hal ini disampaikannya dalam pidato pembukaan acara Rembuk Kebudayaan dan Kejuaraan Pencak Silat APN Cup II yang berlangsung pada 23–24 Agustus di Warung Awi, Desa Bongas, Kecamatan Cililin, Bandung Barat.

Dalam pidatonya, Apih Apung menyoroti minimnya dukungan pemerintah terhadap seni bela diri tradisional di tengah gempuran modernisasi dan digitalisasi. “Pengembangan budaya tradisi, khususnya pencak silat, seringkali terasa seperti perjuangan yang sunyi. Dukungan dari pemerintah, baik dari segi kebijakan maupun anggaran, masih sangat minim,” ungkapnya.

Pencak Silat: Manifestasi Tema HUT RI ke-80

Apih Apung menjelaskan bahwa kejuaraan ini bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan manifestasi nyata dari tekad para pegiat budaya untuk menjaga warisan leluhur. Ia menyandingkan semangat pencak silat dengan tema Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, yaitu “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera Indonesia Maju.”

Menurutnya, pencak silat mencerminkan makna tema tersebut:

  • Bersatu: Berarti menyatukan gerak dan rasa, menghargai setiap aliran, dan bersatu dalam melestarikan budaya bangsa.
  • Berdaulat: Melambangkan kemandirian, kekuatan, dan keberanian untuk melindungi kedaulatan diri.
  • Rakyat Sejahtera: Terwujud dengan dibukanya lapangan kerja, dorongan bagi UMKM, dan penciptaan generasi yang sehat fisik dan mental.
  • Indonesia Maju: Menjadi visi besar yang dapat dicapai melalui gerakan bersama seluruh komponen bangsa.

Kondisi Mengkhawatirkan di Bandung Barat

Secara khusus, Apih Apung menyoroti kondisi pencak silat di Bandung Barat. Berdasarkan data tahun 2021, terdapat kurang lebih 426 perguruan pencak silat tradisi. Namun, ia menyayangkan banyak di antaranya yang kini tinggal nama karena minimnya perhatian dan pembinaan. “Gerakan, jurus, dan filosofi luhur mereka terancam punah. Padahal, kekayaan gerak dan aliran ini adalah harta yang tak ternilai harganya,” tegasnya.

Ia berharap melalui acara ini, para pemangku kebijakan dapat melihat dan mendengar jeritan hati para pelaku budaya. “Berikanlah kami ruang yang layak untuk berkembang dan dukungan yang nyata,” pintanya.

Acara Rembuk Kebudayaan dan Kejuaraan Pencak Silat APN Cup II dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Koperasi dan UMKM, DPMD KBB, serta sejumlah camat dan kepala desa. Apih Apung berharap kejuaraan ini dapat menjadi titik balik, di mana pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk membangun ekosistem yang sehat bagi pencak silat tradisi.- Tutupnya