Bandung Barat Bukan Sekedar Nama, Tapi Simbol Perjuangan Rakyat

Bandung, Lintasdesa.com — Usulan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau akrab dipanggil Kang Dedi menyarankan penggantian nama Kabupaten Bandung Barat dalam Rapat Paripurna Hari Lahir ke-18 Kabupaten Bandung Barat menuai tanggapan serius dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Sekretaris Jenderal Forum Membangun Desa (FORMADES), Agus Dadang Hermawan.

Dalam pernyataannya, Agus menilai usulan tersebut kurang tepat dan berisiko mengabaikan sejarah serta nilai perjuangan yang melekat pada nama Bandung Barat. “Nama ini bukan sekadar penunjuk arah mata angin. Ia adalah simbol perjuangan. Ada sejarah panjang dan pengorbanan banyak tokoh di balik berdirinya Kabupaten Bandung Barat yang tidak bisa begitu saja dihapus,” tegas Agus saat ditemui usai menghadiri dialog publik di kawasan Cililin.

Menurut Agus, persoalan utama yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah bukanlah nama daerah, melainkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang berada di wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat. “Kita dihadapkan pada kenyataan bahwa masih banyak petani yang kesulitan akses terhadap air, pupuk, dan pasar. Kondisi ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan pergantian nama,” ujarnya.

Baca Juga :  Kang Harry, Sekjen Formades, Perkuat Sinergi dengan Kepala Desa di Gununghalu dan Rongga

FORMADES, kata Agus, mengajak seluruh pejabat dan pemangku kepentingan untuk lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat di akar rumput. Ia menyoroti perlunya pendekatan yang lebih konkret dan langsung menyentuh kehidupan warga. “Kami ingin para pejabat jangan hanya hadir di podium, tapi juga hadir di sawah, kebun, dan dapur masyarakat,” imbuhnya.

Agus juga menyinggung istilah yang belakangan ini kerap digunakan untuk menggambarkan kondisi stagnasi sosial-ekonomi masyarakat di wilayah selatan Bandung Barat—yakni “Bang Emok”, akronim dari bangun, emosi, mokaha (bangun pagi, emosi karena sulit hidup, lalu menyerah). “Ini bukan sekadar ungkapan, tapi cerminan frustrasi masyarakat atas minimnya perhatian nyata dari pemerintah,” katanya dengan nada prihatin.

Di akhir pernyataannya, Agus Dadang Hermawan menegaskan bahwa nama Bandung Barat seharusnya dipertahankan sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah, bukan malah diubah atas dasar pertimbangan simbolik semata. “Identitas tidak dibangun dari nama baru, tapi dari penghormatan atas sejarah dan kerja nyata untuk rakyat. Mari kita fokus pada substansi: membangun ekonomi rakyat, memperkuat budaya lokal, dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warga Bandung Barat,” tutupnya.

Baca Juga :  Formades Apresiasi Kinerja Kejari Pringsewu Mengungkap Kasus Bimtek Kades

Laporan: Biro KBB (ADH)

Editor: Redaksi Lintasdesa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *