Dari Bhumi Perdikan, Denyut Ekonomi dan Budaya Bangkit Kembali di Pasar Budaya Arahiwang

LINTASDESA.COM, PURWOREJO — Bhumi Perdikan Kayu Arahiwang terasa lebih hangat dari biasanya. Di antara pepohonan tua dan gapura batu yang menyimpan kisah masa silam, ratusan warga sudah memenuhi halaman luas di Desa Borowetan, Kecamatan Purworejo. Iringan gamelan terdengar lembut, menandai dimulainya Grand Opening Pasar Budaya Arahiwang, Minggu (2/11/2025).

Bukan sekadar pasar, kegiatan ini adalah bentuk kebangkitan baru — sebuah ruang di mana ekonomi rakyat bertemu dengan denyut budaya lokal. Warga dari berbagai dusun datang membawa hasil bumi, anyaman, batik, hingga kudapan tradisional. Di panggung utama, para pelaku seni menampilkan tarian klasik dan tembang Jawa yang membuat suasana terasa akrab, seolah masa lalu dan masa kini bertaut di satu ruang yang sama.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Yudhie Agung Prihatno, S.STP., M.M., terlihat antusias menyaksikan satu per satu pertunjukan seni. Ia mengaku bangga dengan semangat masyarakat yang terus menjaga warisan leluhur di tengah derasnya arus modernitas.

“Kami sangat mengapresiasi para penggerak budaya yang terus menjaga dan menghidupkan nilai-nilai lokal. Dinas akan terus bersinergi agar kegiatan seperti ini berkelanjutan, termasuk penyelenggaraan event rutin setiap selapanan atau Minggu Pon,” ungkapnya.

Baca Juga :  Kades Jual Kantor Posyandu Desa Cikujang Sukabumi Dititipkan ke Lapas Perempuan Sukamiskin, Bandung.

Baginya, Pasar Budaya Arahiwang bukan hanya soal jual beli, tapi tentang bagaimana masyarakat meneguhkan kembali jati dirinya melalui kebudayaan.

Ketua Pasar Budaya Arahiwang, Sugiyanto (Giyanto), menuturkan bahwa inisiatif ini lahir dari keinginan sederhana: menghidupkan kembali pasar tradisional yang dahulu menjadi pusat kehidupan warga.

“Kami ingin menghidupkan kembali denyut ekonomi rakyat, sekaligus melestarikan budaya lokal agar generasi muda tidak kehilangan akar budayanya,” katanya.

Kini, setiap stan di pasar tak hanya menjual barang, tapi juga cerita. Ada penjual jajanan tradisional yang menuturkan asal-usul resepnya, ada pengrajin bambu yang belajar langsung dari leluhur, dan ada anak-anak muda yang dengan bangga memperkenalkan produk kreatif berbasis budaya.

Dari Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan, Ir. Hadi Pranoto menegaskan dukungan penuh terhadap gerakan ekonomi rakyat seperti ini. “Kami siap memberikan dukungan bagi kegiatan UMKM yang sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menggerakkan ekonomi rakyat,” ujarnya.

Sementara Neira Anjar Pujisusilo, S.Kom., M.Eng., dari Diporapar Purworejo, melihat potensi besar pasar ini sebagai destinasi wisata budaya baru. Ia berjanji membantu promosi lewat kanal digital agar Pasar Budaya Arahiwang makin dikenal luas.

Baca Juga :  KDM Usul Nama Bandung Barat Diganti
Pasar Budaya Arahiwang

Di balik semaraknya acara, ada sosok Indartiningsih, S.T. (Iin), penanggung jawab kegiatan yang selama ini tekun menggerakkan komunitas. Ia menyebut PBA sebagai penyangga situs Bhumi Perdikan Kayu Arahiwang, kawasan bersejarah yang diyakini menyimpan nilai spiritual dan kearifan lokal tinggi.

“Dengan adanya aktivitas budaya melalui PBA, situs Arahiwang ikut terangkat. Tujuannya agar masyarakat punya rasa handarbeni—rasa memiliki—sehingga mau menjaga dan merawatnya bersama,” jelasnya.

Menjelang sore, pertunjukan seni rakyat menutup acara. Anak-anak menari diiringi musik gamelan, sementara aroma jenang dan kopi lokal menebar di antara tenda-tenda UMKM. Semua menyatu dalam semangat kebersamaan.

Pasar Budaya Arahiwang bukan sekadar ruang transaksi, melainkan ruang perjumpaan — antara ekonomi dan budaya, antara masa lalu dan masa depan. Dari tempat inilah, Bhumi Perdikan Kayu Arahiwang kembali bersinar sebagai tanah yang hidup oleh karya, gotong royong, dan cinta pada tradisi.

Reporter: RPN Purworejo
Editor: lintasdesa.com