Pembina Formades Dorong Pembangunan Sekolah Rakyat Berbasis Budaya Kearifan Lokal

LAPORAN KHUSUS
Bandung Barat, Lintasdesa.com — Dalam upaya memperkuat pendidikan berbasis masyarakat dan mempertegas kembali nilai-nilai budaya lokal sebagai fondasi pembangunan sumber daya manusia, Forum Membangun Desa (FORMADES) Bandung Barat mendorong lahirnya Sekolah Rakyat Berbasis Budaya Kearifan Lokal.
Gagasan ini disampaikan langsung oleh Apung, Pembina Formades Bandung Barat, yang menilai bahwa sistem pendidikan formal selama ini belum sepenuhnya mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama anak-anak dari keluarga kurang mampu dan kelompok marjinal di pedesaan.
“Dengan kurikulum yang relevan dan tenaga pengajar yang berkualitas, sekolah rakyat diharapkan mampu menghasilkan generasi penerus yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia,” ujar Apung dalam pernyataannya kepada lintasdesa.com.
Menurutnya, Sapta Prakarsa Formades—sebuah kerangka gerakan yang menjadi arah pembangunan masyarakat desa—telah memasukkan gagasan pendirian sekolah rakyat sebagai salah satu pilar utama pembentukan manusia desa yang berdaya dan berbudaya.
Apung menekankan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara, bukan sekadar fasilitas tambahan. Karena itu, ia mendesak pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB) agar segera menjadikan pembangunan sekolah rakyat sebagai agenda prioritas pembangunan daerah.
“Pemerintah daerah harus segera merespons positif dan memasukkan pembangunan gedung sekolah rakyat dalam agenda prioritas pembangunan,” tegasnya.
Dorongan ini mendapat sambutan luas dari berbagai elemen masyarakat di KBB, mulai dari tokoh pendidikan, organisasi masyarakat sipil, hingga para orang tua yang menilai sekolah rakyat dapat menjadi solusi alternatif di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan formal.
Banyak pihak berharap agar gagasan ini tidak berhenti pada tataran konsep, melainkan benar-benar diwujudkan melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan lokal.
“Sekolah rakyat bukan hanya tempat belajar membaca dan berhitung,” ujar seorang warga Desa Cilame yang turut hadir dalam diskusi Formades. “Tapi juga tempat anak-anak belajar mencintai tanahnya, mengenali budayanya, dan tumbuh menjadi manusia yang berpihak pada kemanusiaan.”
Dengan semakin kuatnya dukungan masyarakat, langkah Formades Bandung Barat ini dinilai dapat menjadi inspirasi bagi kabupaten lain untuk mengembangkan model pendidikan yang berpijak pada akar budaya, nilai gotong royong, dan potensi lokal.
Jika terealisasi, Sekolah Rakyat Berbasis Budaya Kearifan Lokal diharapkan menjadi tonggak baru pendidikan alternatif di pedesaan—tempat lahirnya generasi yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga bijak secara sosial dan budaya. (tim lintasdesa.com)