Tragedi di Purworejo Mobil Operasional MBG Tertabrak Kereta, Dua Tewas. FORMADES: Desak Penanganan Serius Perlintasan Tanpa Palang Pintu

Foto; Lokasi Kecelakaan Desa Ndewi, Kec. bayan, Purworejo. Insert (Sumartono, Waka DPC Formades Purworejo)

LINTASDESA.COM, PURWOREJO – Kecelakaan tragis terjadi di perlintasan tanpa palang pintu Desa Ndewi, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Minggu (19/10/2025) sekitar pukul 10.00 WIB. Sebuah mobil operasional program Makan Bergizi (MBG) tertabrak Kereta Api Mataram jurusan Solo–Pasar Senen hingga menewaskan dua orang penumpangnya.

Mobil Daihatsu Gran Max dengan nomor polisi AA 8041 UV itu terpental ke kolam di sisi rel setelah dihantam keras oleh kereta yang melintas dari arah barat. Akibat benturan, mobil rusak berat di bagian depan dan samping.

Dua korban jiwa dalam peristiwa tersebut adalah Retno Yoga Pamungkas (31), warga Kutoarjo, yang meninggal di lokasi kejadian, dan Nur Syarifudin (25), warga Desa Jrakah, yang sempat dirawat di RS Palang Biru Kutoarjo sebelum akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 17.50 WIB.

Menurut keterangan warga sekitar, mobil diduga melintas tanpa memperhatikan kedatangan kereta api. “Tadi mobil langsung melaju, tidak ada palang pintu, mungkin sopir tidak tahu kalau ada kereta datang,” ujar salah satu saksi di lokasi.

Polisi masih melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab kecelakaan. Lokasi kejadian kini dipasangi garis polisi guna memudahkan olah TKP.

Baca Juga :  KPK Tantang Mahfud MD, Formades: Lembaga Antirasuah Mulai Kehilangan Nyali?

Menanggapi peristiwa tersebut, Forum Membangun Desa (FORMADES) Kabupaten Purworejo menyampaikan keprihatinan mendalam dan mendesak pemerintah serta pihak terkait agar segera mengambil langkah nyata.

“Kami dari FORMADES mendesak PT KAI, Pemerintah Kabupaten Purworejo, dan Kementerian Perhubungan untuk lebih serius menangani perlintasan tanpa palang pintu. Jalur aktif yang melintasi permukiman harus memiliki sistem pengamanan yang memadai,” tegas Wakil Ketua DPC FORMADES Purworejo, Sumartono.

Ia menambahkan, sistem pengamanan tersebut bisa berupa palang pintu permanen, penempatan petugas penjaga, atau pemasangan alarm otomatis. FORMADES berencana mengirimkan rekomendasi resmi kepada pemerintah daerah dan kementerian terkait untuk mempercepat penanganan.

FORMADES juga menilai bahwa kecelakaan ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi semua pihak agar keselamatan warga di sekitar jalur kereta tidak lagi diabaikan.

“Keselamatan warga harus jadi prioritas. Jangan tunggu ada korban lagi baru bertindak,” pungkas Sumartono.

Peristiwa ini kembali membuka mata publik tentang masih banyaknya perlintasan kereta api tanpa palang pintu di wilayah pedesaan yang belum mendapat perhatian serius. Warga berharap kejadian serupa tidak kembali terulang. (tim)