Komnas UKM Soroti Potensi Program MBG: Antara Visi Gizi Sehat dan Ancaman ‘Proyek Bancakan’

BANDUNG, 25 September 2025 — Lintasdesa.com. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah memiliki potensi besar untuk mengubah masa depan gizi masyarakat Indonesia. Namun, pelaksanaan program ini juga menyimpan tantangan serius yang perlu disikapi secara kritis. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Komnas UKM Kabupaten Bandung, yang juga Pemerhati Pendidikan, Asep Gandi Wahyudi, S.Pd.I., dalam rilis persnya.

Menurut Asep, dengan visi yang jelas dan anggaran signifikan, MBG bertujuan mulia untuk meningkatkan kesehatan anak-anak, mengurangi angka stunting, dan memberdayakan ekonomi lokal. Ia menekankan bahwa keberlanjutan program ini menjadi harapan besar bagi generasi muda, sejalan dengan komitmen pemerintah dalam sejarahnya dari gagasan hingga gerakan nasional.

“Upaya ini menunjukkan komitmen untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas. Keberhasilan pelaksanaan MBG akan menjadi langkah penting menuju tujuan jangka panjang kesehatan masyarakat,” ujar Asep.

Tantangan Serius di Lapangan

Akan tetapi, Asep menggarisbawahi beberapa tantangan signifikan yang dapat mengancam efektivitas program ini:

  • Distribusi dan Infrastruktur: Indonesia memiliki geografis yang luas dan beragam. Menjamin distribusi makanan bergizi secara merata di seluruh wilayah menjadi sulit, terutama di daerah terpencil yang sering mengalami keterlambatan pasokan. Kualitas infrastruktur transportasi dan logistik yang belum memadai menjadi kendala utama dalam pengiriman makanan.
  • Keracunan Makanan: Asep juga menyoroti dugaan penyebab keracunan yang sering terjadi, yang ia sebutkan terkait dengan beberapa faktor, seperti: kontaminasi pada bahan pangan, pertumbuhan bakteri akibat penanganan yang tidak sesuai standar, serta kegagalan dalam pengendalian keamanan pangan, khususnya aspek sanitasi dan higienitas dapur penyedia makanan.

Ancaman ‘Proyek Bancakan’

Secara tegas, Asep Gandi menyebutkan bahwa potensi ‘proyek bancakan’ akan menjadi masalah serius dalam program MBG. Menurutnya, hal ini akan memunculkan banyak vendor atau pengusaha ‘jadi-jadian’ yang hanya bertujuan meraup keuntungan pribadi maupun kelompok.

“Sistem bagi-bagi kue semacam ini dapat merugikan banyak pihak, baik penerima manfaat maupun para pekerja yang jujur. Program yang strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia justru berpotensi menjadi ajang bisnis bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ungkap Asep.

Asep menambahkan, program yang menyasar anak-anak SD hingga SMA ini membutuhkan kajian yang lebih efektif untuk memastikan keberlanjutannya. Ia meminta perhatian serius dari pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk memperbaiki infrastruktur dan sistem distribusi agar hasil yang diharapkan dari program MBG dapat tercapai, terutama demi kesehatan para penerima manfaat.

“Sudah seharusnya ada kajian yang lebih mendalam untuk keberlanjutan program ini. Upaya perbaikan infrastruktur dan sistem distribusi akan sangat krusial untuk mencapai hasil yang diharapkan,” pungkas Asep, menekankan pentingnya menjaga visi awal program demi masa depan bangsa.