PIDATO POLITIK, SOSIAL, DAN BUDAYA KETUA UMUM FORUM MEMBANGUN DESA (FORMADES) Menyambut HUT RI ke 80 Tahun

PIDATO POLITIK, SOSIAL, DAN BUDAYA KETUA UMUM FORUM MEMBANGUN DESA (FORMADES)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan,
Salam persatuan untuk seluruh pejuang desa di nusantara.
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Ir. Soekarno
Saudara-saudara sekalian,
Kata-kata Bung Karno ini bukan sekadar pengingat, melainkan sebuah tantangan sejarah yang kini kita hadapi. Sebab di zaman ini, penjajahan tidak selalu datang dengan serdadu dan senjata. Ia sering datang dengan kebijakan yang timpang, dengan pembangunan yang meminggirkan, dan dengan janji-janji manis yang menjadikan desa hanya sebagai objek, bukan subjek kemajuan.
Forum Membangun Desa di isi oleh individu luar biasa. Kita adalah orang-orang pilihan yang dipanggil oleh sejarah untuk memikul amanat besar: menjaga, membangun, dan memperjuangkan kedaulatan desa. Pilihan ini bukan kebetulan, melainkan konsekuensi dari dedikasi, integritas, dan komitmen perjuangan yang telah kita tunjukkan dalam mengisi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Saudara-saudara,
Kita harus sadar, desa adalah pondasi peradaban bangsa. Jika desa kuat, bangsa akan berdiri tegak. Tetapi jika desa dibiarkan rapuh, maka negara pun akan terguncang. Ironisnya, kebijakan yang seharusnya menguatkan desa sering kali tidak berpihak pada rakyat desa. Anggaran terserap, tetapi kemakmuran tidak merata. Program berjalan, tetapi partisipasi rakyat diabaikan. Di sinilah peran FORMADES menjadi krusial—menjadi pengawas kritis, menjadi corong aspirasi, dan menjadi penggerak perubahan dari akar rumput.
Kita bukan sekadar penerima mandat administratif. Kita adalah penjaga kedaulatan desa, yang berarti kita wajib menolak setiap kebijakan yang merugikan rakyat, sekaligus merumuskan arah pembangunan yang berpihak pada kebutuhan nyata warga. Integritas kita diuji ketika kita dihadapkan pada godaan kompromi yang mengorbankan kepentingan rakyat. Komitmen kita diuji ketika kita diminta diam di tengah ketidakadilan.
Perjuangan ini tidak ringan. Kita akan berhadapan dengan kepentingan politik yang kadang membungkus diri dengan slogan pembangunan, tetapi sejatinya memperlemah kemandirian desa. Namun, kita telah memilih jalan ini. Dan sekali kita memilih, maka tidak ada kata mundur.
Sebagai orang-orang yang memikul amanat besar ini, peran kita jelas:
- Menjadi benteng terakhir bagi hak-hak desa dan rakyatnya.
- Menjadi jembatan aspirasi, memastikan suara desa sampai ke ruang-ruang pengambilan keputusan.
- Menjadi teladan integritas, yang tidak mudah dibeli oleh kepentingan sesaat.
- Menjadi motor penggerak, yang menghidupkan kembali semangat gotong royong, kemandirian, dan keberanian untuk menolak kebijakan yang tidak adil.
Saudara-saudara,
Menyambut sekaligus memperingati HUT RI ke 80 Tahun ini, kita harus ingat bahwa perjuangan ini tidak akan selesai hanya dengan rapat dan pertemuan. Ia menuntut kerja nyata di lapangan, konsistensi di tengah tekanan, dan keberanian di tengah ancaman.
Dan pada akhirnya, seperti yang diingatkan oleh Tan Malaka:
“Tujuan kita ialah kemerdekaan politik, ekonomi, dan kebudayaan bagi seluruh rakyat.”
Dan kita semua tahu, kemerdekaan itu akan berarti bila dimulai dari desa.
Hidup Desa!
Hidup FORMADES!
Merdeka!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
“Dirgahayu Republik Indonesia”
Ketua Umum FORMADES
JUNAEDI FARHAN
(LS)