Saya Lebih Suka Disebut Jurnalisme Warga

Warga Oleh: Yoseph Heriyanto

Saya lebih suka disebut jurnalisme warga. Bukan “kontributor lepas”, bukan “penulis lapangan”, bukan pula “pengirim berita desa”. Karena bagi saya, jurnalisme warga bukan sebatas pekerjaan tambahan, melainkan pilihan sadar untuk menjadi saksi kehidupan rakyat kecil dan penyambung lidah suara yang kerap disisihkan.

Jurnalisme warga bukan hanya kegiatan menulis dan melaporkan. Ia adalah bentuk keterlibatan sosial. Ia adalah cara kita menjaga agar kenyataan di desa tidak lenyap ditelan diam. Bahwa di balik kabar nasional yang gaduh, ada detak kehidupan desa yang pelan tapi penting. Dan karena itu, saya menulis—dengan kesadaran, dengan keberpihakan, dengan tanggung jawab.

Apa Itu Jurnalisme Warga?

Jurnalisme warga adalah praktik menyampaikan informasi, laporan, kisah, atau pandangan dari warga biasa—yang tidak memiliki latar belakang profesional sebagai wartawan—dengan tujuan memperluas akses atas kebenaran. Media arus utama sering kali hanya menyorot pusat-pusat kekuasaan dan kota-kota besar. Maka jurnalisme warga hadir untuk menyuarakan pinggiran, pelosok, dan peristiwa-peristiwa yang tak sempat diliput kamera-kamera mahal.

Jurnalisme warga adalah suara hati yang direkam dengan pena. Ia lahir dari pengalaman langsung, dari pengamatan dekat, dan dari relasi sosial yang tumbuh sehari-hari. Di sinilah kekuatannya: tulisan yang tidak dibuat demi rating, tapi demi tanggung jawab moral dan sosial.

Baca Juga :  Ketua Umum Formades Desak Gubernur Lampung Terbuka Soal Pengangkatan Tenaga Pendamping

Mengapa Saya Harus Bangga?

Saya bangga karena saya menulis untuk menghadirkan yang tak terlihat. Saya bangga karena jurnalisme warga adalah jalan untuk memperjuangkan keadilan informasi. Ketika media besar lebih tertarik pada panggung elite, saya memilih menyorot wajah-wajah petani, guru honorer, perempuan pedagang kecil, atau pemuda kampung yang diam-diam mengubah dunia dari pojok dusunnya.

Jurnalisme warga bukan pekerjaan murahan. Ia menuntut kepekaan, keberanian, dan kesetiaan pada kenyataan. Saya bangga karena saya tahu: setiap tulisan saya adalah bentuk cinta pada desa, dan setiap kata saya adalah perlawanan terhadap pengabaian.

Apa Tujuan Saya?

Tujuan saya sederhana tapi penting: agar desa tidak hilang dalam sejarah. Saya ingin dunia tahu bahwa di pinggiran inilah manusia berjuang, bertahan, bermimpi. Saya ingin anak-anak muda desa tahu bahwa menulis bukan hanya hak kota, bahwa mereka juga bisa menyumbang pada perubahan sosial—dengan bahasa mereka sendiri.

Saya ingin membangun kesadaran kolektif: bahwa apa yang kita alami sehari-hari—banjir tahunan, panen gagal, konflik tanah, atau keberhasilan koperasi desa—bukan sekadar kabar, tapi cermin dari sistem sosial yang sedang berjalan. Dan itu patut dicatat, dipahami, dan disuarakan.

Apa Tugas dan Tanggung Jawab Saya?

Sebagai jurnalis warga, saya memiliki tanggung jawab pada dua hal: kebenaran dan komunitas. Saya tidak bisa menulis sembarangan. Saya harus jujur, menghindari fitnah, tidak menggiring opini secara manipulatif. Saya harus bertanya, mengecek, mengonfirmasi.

Baca Juga :  FORMADES Siap Bersinergi Bangun Desa Bersama Pemerintah

Saya bukan hanya menyampaikan informasi. Saya juga menjaga martabat mereka yang saya tulis. Saya tahu: satu tulisan bisa memulihkan harapan atau justru menambah luka. Maka saya memilih untuk berhati-hati—tanpa kehilangan ketegasan dan keberanian.

Tentang Lintasdesa.com

Lintasdesa.com adalah rumah bagi jurnalisme warga. Ia bukan media besar dengan agenda politik, bukan pula perusahaan media berbasis iklan. Ia tumbuh dari kerinduan akan suara rakyat kecil dan keyakinan bahwa perubahan sosial dimulai dari informasi yang jujur, berakar, dan membebaskan.

Lintasdesa.com memberi ruang bagi siapa saja: petani yang ingin menulis tentang nasib sawahnya, pemudi yang melaporkan aksi komunitasnya, atau warga yang ingin menyuarakan keresahan desanya. Tanpa syarat ijazah, tanpa keharusan jadi wartawan profesional—cukup niat, kejujuran, dan keberanian untuk menulis dari hati.

Bagi saya, menulis di Lintasdesa.com bukan sekadar mengisi kolom berita. Ini adalah cara saya mengarsipkan kenyataan, menyuarakan kebenaran, dan menjadi bagian dari gerakan kecil yang bermakna besar. Maka biarlah orang lain menyebut saya apa saja. Tapi saya lebih suka disebut: jurnalisme warga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *